Kamis, 28 Agustus 2014
Jumat, 04 Juli 2014
Ekologi Revisi
PEMBAHASAN
1.
Pengertian
Ekologi Dibedakan atas Ilmu Pengetahuan Lain
Kata “ekolog” berasal
dari bahasa Yunani oikos yang berarti
“rumah” atau “rumah tangga”, dan logos yang berarti “ilmu”. Jadi ekologi
mempelajari rumah tangga lingkungan, tempat hidup semua organisme (makhluk
hidup) serta seluruh proses-proses fungsional yang menyebabkan tempat hidup itu
cocok untuk didiami. Secara harfiah ekologi adalah ilmu yang mempelajari
“organisme di tempat hidupnya”, dengan mengutamakan “pola hubungan timbal balik
antara makhluk hidup dan lingkungannya”. (Rianto,
dkk. Dalam bukunya EKOLOGI DASAR, hal.1) Hal ini yang membedakan ekologi
dengan disiplin ilmu lainnya. Misalnya, dengan ilmu geografi yakni ilmu yang
mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut pandang
kelingkungan atau kewilayahan dalam konteks keruangan.
Terdapat
komponen-komponen yang menyusun lingkungan dapat dibedakan menjadi dua bagian,
yaitu komponen abiotic (benda mati) dan komponen biotik (makhluk hidup).
a. Komponen Abiotik
Beberapa komponen abiotik diuraikan
sebagai berikut.
1) Udara
Udara
di atmosfer tersusun atas Nitrogen (N2, 78%), Oksigen (O2),
21%), karbondioksida (CO2, 0,03%), dan gas lainnya. Jadi gas
nitrogen sebagai penyusun terbanyak.
Unsur nitrogen merupakan gas yang
diperlukan oleh mahluk hidup untuk membentuk protein dan persenyawaan lainnya.
Tumbuhan, hewan, dan manusia tidak mampu memanfaatkan nitrogen yang ada di
udara secara langsung. Ada bakteri dan ganggang hujau yang mampu menangkap
nitrogen bebas dari udara, seperti bakteri Rhizobium yang hidup
bersimbiosis dengan akar kacang-kacangan, ganggang biru Anabaena yang hidup
bersimbiosis dengan tumbuhan air Azola. Tumbuhan lainnya memperoleh
nirogen dalam bentuk senyawa nitrit atau nitrat yang ada di dalam tanah. Hewan
dan manusia mendapat nitrogen dari tumbuhan atau hewan lain dalam bentuk
protein dan asam amino.
Oksigen
(O2) merupakan gas pembakar dalam proses
pernapasan (respirasi) yang terjadi di dalam sel dalam menghasilkan energi.
Dalam pernapasan juga dihasilkan gas karbondioksida (CO2), dan air
(H2O). Baik tumbuhan maupun hewan memerlukan oksigen dari
lingkungannya uantuk bvernapas.
Karbondioksida
sangat diperlukan tumbuhan untuk proses fotosintesis. Fotosintesis dilakukan
oleh tumbuhan yang memiliki klorofil dengan bantuan cahaya matahari. Hasil
fotosintesis adalah gula dan oksigen.
2)
Air
Sekitar 80-90% tubuh mahluk hidup tersusun atas air. Makhluk
hidup memperoleh air dari yang ada di bumi, entah yang ada di permukaan bumi
ataupun yang berada di dalam tanah. (Drs.
H. Soendjojo Dirdjosoemarto, M.Pd. dalam bukunya EKOLOGI, hal.18). Zat ini
digunakan sebagai pelarut di dalam sitoplasma, untuk menjaga tekakan osmosis
sel, mencegah sel dari kekeraingan, sebagai bahan dalam proses fotosintesis,
dan sebagai media hidup berbagai mahluk hidup. Di permukaan bumi ini, jumlah
air yang ada berbeda-beda, sehinga ketersedian air di setiap tempat ini
mempengaruhi keanekaragaman mahluk hidup di tempat tersebut. Akibatnya
ekosistem di permukaan bumi ini beranekaragam.
3)
Mineral
Mineral
yang diperlukan tumbuhan misalnya belerang, (S), fosfor (P), kalium (K),
kalsium (Ca), magnesium (Mg), besi (Fe), natrium (Na), khlor (Cl), dan lainnya.
Minral-mineral ini diperoleh tumbuhan dalam bentuk ion-ion yang laut di dalam
alir tanah. Mineral tersebut digunakan untuk berlangsungnya metabolisme tubuh
dan untuk menyusun tubuh. Hewan dan manusiapun memerlukan mineral untuk
menyusun tubuh dan reaksi-reaksi metabolismenya. Selain itu mineral-mineral
juga berfunsi untuk menjaga keseimbangan asam basa tubuh dan mengatur fungsi
faal tubuh.
4)
Cahaya
Cahaya
matahari digunakan tumbuhan untuk berfotosintesis. Tanpa cahaya matahari
tumbuhan tidak dapat hidup dan selanjutnya mahluk hidup yang lain tidak dapat
hidup, karena tidak mendapatkan makanan. Oleh karena itu matahari dapat
dikatakan sebagai sumber energi bagi semua mahluk hidup di bumi ini.
5)
Suhu
Mahluk
hidup rata-rata dapat hidup dalam kisaran suhu 0oC-40oC.
Hanya mahluk hidup tertentu dapat hidup di bawah suhu 0oC atau di
atas 40oC . Hewan berdarah panas mampu hidup pada suhu di bawah
titik beku karena bulu dan suhu tubuhnya konstan. Suhu rendah tidak mematikan
sebagian mahluk hidup, namun menyebabkan mahluk hidup itu seolah-olah terhenti
hidupnya atau disebut mengalami hibernasi (“tidur, istirahat”).
6) Iklim
Iklim
adalah keadaan rata-rata cuaca untuk jangka waktu yang panjang, satu tahun
dengan penyelidikan dalam waktu sampai 30 tahun. Sedangkan cuaca merupakan
gabungan dari sejumlah unsur cuaca yaitu suhu, kelembaban, perawanan,
penyinaran dan hujan. Besar unsur-unsur
tersebut dapat dinyatakan dengan angka untuk satuan ukurannya
masing-masing akan tetapi cuaca tidak merupakan angka tadi.
b. Komponen Biotik
1) Produser
Semua
organisme berhijau daun (berklorofil) tergolong produser. Produser meliputi
organisme bersel satu (seperti ganggang), tumbuhan lumut, dan tumbuhan biji.
Karena memiliki klorofil, organisme produser
ini dapat mengubah zat anorganik menjadi zat organik melalui proses
fotosintesis. Reaksi sederhana proses fotosintesis adalah sebagai berikut.
Cahaya
12 H2O + 6
CO2
C6H12O6 + 6
O2 + 6 H2O
klorofil (gula)
Organisme
yang mampu menyusun zat organik untuk makanannya sendiri disebut organisme autotrof.
Gula yang dihasilkan melalui proses fotosintesis dapat diubah menjadi senyawa
lain melalui proses anabolisme misalnya menjadi amilum, lemak, dan protein.
Oleh karena itu produser dapat meyediakan makanan bagi mahluk hidup lain.
2) Konsumer
Manusia,
hewan, dan tumbuhan (contohnya jamur) yang tidak memiliki klorofil tidak mampu
memproduksi zat organik dari zat anorganik. Zat organik yang diperlukan berasal
dari produser atau hewan lain. Mahluk hidup yang tidak mampu menyusun zat
organik sendiri disebut hidup sebagai heterotof atau dikatakan sebagai
konsumer. Hewan-hewan yang secara langsung memakan tumbuhan disebut herbivor
(pemakan tumbuhan). Hewan-hewan pemakan herbivor disebut hewan karnivor.
Hewan yang menangkap dan memagsa hewan lain disebut predator (pemangsa)
Diantara
konsumer terdapat beberapa tingkatan, yaitu herbivor atau konsumen I sebagai
pemakan tumbuhan, konsumen II sebagai pemakan kinsumen I, konsumen III sebagai
konseumen II, dan seterusnya.
3) Pengurai
Pengurai atau
dekomposer adalah mikroorganisme yang berperan sebagai menguraikan tubuh mahluk
hidup lain yang telah mati atau sampah. Mahluk hidup yang tergolong pengurai
adalah jamur dan bakteri. Pengurai dapat mengubah zat organik menjadi zat
anorganik yang nantinya dimanfaatkan kembali oleh tumbuhan. Zat organik yang
terkandung di dalam sampah diuraikan menjadi H2S, CO2,
air, dan mineral-mineral.
4) Detritivor
Sisa-sisa
tumbuhan dan hewan dapat berupa serpihan-serpihan kecil yang disebut detritus. Hewan-hewan pemakan
detritus disebut detritivor. Contohnya cacing tanah, rayap, kutu kayu,
dan kluwing. Di dalam ekosistem terdapat juga hewan kelompok lain, yaitu
scavanger, yaitu hewan pemakan bangkai.
2. Interaksi
Antar Komponen dalam Ekosistem
Di
dalam ekosistem terjadi interaksi antar semua komponen baik secara langsung
maupun tidak langsung. Tidak ada suatu komponen ekosistem yang dapat berdiri
sendiri. Misalnya seekor harimau jantan di dalam hutan akan punah tanpa adanya
harimau betina. Suatu mahluk tunggal dalam suatu ekosistem disebut individu.
Interaksi antar individu yang satu
dengan yang lain dalam spesies yang sama dalam suatu ekosistem membentuk populasi.
Interaksi antar individu di dalam spesies ini dikenal sebagai interaksi intraspesifik.
Interaksi antar individu akan menyebabkan terjadinya kompetisi dalam meperoleh
sumberdaya. Dalam kompetisi ini siapa yang kuat dia yang akan menang. Ukuran
populasi dapat bertambah atau berkurang tergantung ketersediaan sumberdaya.
Interaksi antar individu dalam suatu spesies dapat juga menimbulkan terjadinya
kerjasama. berikan contohnya!
Interaksi
antar populasi dalam suatu ekosistem membentuk komunitas. Interaksi antar
populasi dapat berupa (1) simbiosis mutualisme (hubungan saling menguntungkan),
misalnya bunga dengan kupu-kupu, (2) simbiosis parasitisme (hubungan populasi
yang satu untung dan yang lain dirugikan), misalnya kutu dan anjing, (3)
simbiosis komensalisme (yang satu diuntungkan dan yang lain tidak dirugikan),
amensalisme (yang satu dirugikan yang lain tidak diuntungkan atau tidak
dirugikan), predatorisme (yang satu memakan yang lain), netralisme (tidak
diuntungkan dan tidak dirugikan), dan kompetisi (berebut untuk mendapatkan
sumber daya).
Interaksi
antara populasi yang satu dengan populasi yang lain membentuk komunitas. Dengan
kata lain, komunitas terbentuk sebagai akibat adanya interaksi antar komponen
biotik dalam suatu ekosistem. Antara komunitas yang satu dengan komunitas yang
lain terjadi juga interaksi baik secara langsung maupun tak langsung.
Pada lingkungan
tertentu akan hidup organisme tertentu. Misalnya, padi hanya hidup pada
lingkungan berair. Lingkungan tempat hidup organisme tersebut disebut habitat.
Sementara peranan suatu organisme dalam lingkungannya disebut nisia (niche).
Perbedaan antara habitat dengan nisia, dapat dikatakan bahwa habitat adalah
“alamat” suatu organisme, sedangkan nisia adalah “pekerjaan” suatu organisme
dalam lingkungannya. Interaksi antara komponen abiotik dengan komponen biotik
membentuk suatu sistem yang disebut ekosistem. Contohnya ekosistem
pantai, sungai, sawah, hutan, dan lain-lain. Intreraksi antara ekosistem di
permukaan bumi ini membentuk biosfer atau ekosfer.
Ekosistem tidak diam atau statis, melainkan
selalu berubah. Interaksi antara populasi menimbulkan adanya kompetisi atau
kerjasama, tergantung kondisi lingkungan. Ekosistem tumbuh dari komunitas yang
sederhana menuju komunitas yang kompleks atau klimaks. Selama pertumbuhan
tersebut terdapat pergantian jenis organisme yang dominan. Pergantian dominasi
jenis mahluk hidup dikenal dengan suksesi ekologis. Suksesi terus berlangsung
hingga tercapai klimaks. Pada keadaan klimaks, ekosistem tersebut berada dalam
keadaan paling seimbang.
3.
Siklus
Bio-Geo-Kimia
Energi
yang menjadi penggerak sistem kehidupan dari hampir semua makhluk hidup berasal
dari matahari, sedangkan materi yang menyusun makhluk hidup berasal dari bumi.
Oleh karena itu setiap organisme terdiri atas materi yang juga merupakan bagian
dari bumi. Kita tentu sudah mengetahui sedikit banyak tentang unsu-unsur dan
senyawa-senyawa kimia. Beberapa unsur yang terdapat bersama senyawa kimia,
unsur ini merupakan materi dasar makhluk hidup dan benda mati. Hampir 30 sampai
40 unsur diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan organisme diantaranya
yang terpenting adalah: C, H, O, N, S, P, K, Ca, Fe, Mg, B, Zn, Cl, Mo, Ce, I,
dan F. Unsur-unsur ini mengalir dari komponen abiotik ke komponen biotik dan
kembali lagi ke komponen abiotik. Proses ini dikenal dengan siklus
bio-geo-kimia atau siklus organik anorganik.
Siklus
bio-geo-kimia dapat digolongkan menjadi 3 golongan besar, yaitu:
a. Siklus
hidrologi atau siklus air
b. Siklus
udara yang terdiri dari siklus oksigen, siklus karbon dioksida, siklus nitrogen,
c. Siklus
sedimen atau siklus endapan.
d. Siklus
Unsur Non-esensial
Contoh: merkuri merupakan unsur
alamiah yang mempunyai dampak kecil terhadap kehidupan sebelum fase industri.
Aktivitas industri telah memasukan dua arus baru, yakni petambahan dan emisi
yang telah meningkatkan sejumlah merkuri yang masuk ke dalam tanah dan air
sungai. Sehingga dalam hal ini, kontak terhadap organismepun berlangsung dan
merkuri dapat diubah menjadi methyl mercury yang sangat berbahaya dan lebih mobile. (Riyanto, dkk. dalam bukunya Ekologi
Dasar, hal. 152)
4. Hubungan Kegiatan Manusia dengan
Masalah Perusakan dan Pemeliharaan Lingkungan
Manusia dan lingkungan merupakan unsur yang tak
dapat dipisahkan. Kegiatan manusia dan keberlangsungan lingkungan adalah hubungan berantai yang tidak akan
pernah putus. Manusia adalah makhluk hidup yang memiliki kecerdasan baik secara
emosional maupun spiritual yang mampu mengelola dan mengolah segala sesuatu
yang terdapat dalam lingkungan hidup menjadi sesuatu yang mampu menyokong
kehidupannya. Lingkungan hidup merupakan komponen penting dari kehidupan
manusia begitu pun sebaliknya kehidupan manusia memiliki pengaruh besar
terhadap kelangsungan lingkungan hidup.
Interaksi antara manusia dan lingkungan hidup
merupakan proses saling mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung. Pada
dasarnya, interaksi antara manusia dan lingkungan hidupnya dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu interaksi harmonis dan tidak harmonis. Suatu interaksi
dikatakan harmonis apabila interaksi manusia dan lingkungan hidupnya berada
dalam batas-batas keseimbangan dan dapat pulih seketika dalam keseimbangan. Sudah
barang tentu, jika terjadi interaksi yang harmonis Antara manusia dengan
lingkungan, akan tercipta kehidupan yang saling menguntungkan. Namun, apabila
batas-batas kemampuan salah satu subsistem sudah terlampaui, tidak seimbang,
atau tidak mampu memainkan fungsinya, maka interaksi manusia dan lingkungan
hidupnya berubah menjadi tidak harmonis dan di sini timbul apa yang disebut
dengan masalah lingkungan hidup.
Pola interaksi harmonis antara manusia dan
lingkungan hidup dapat ditelusuri dari nilai-nilai dan pandangan hidup suatu
masyarakat terhadap alam di sekitarnya. Dengan demikian, pola-pola kebiasaan
masyarakat itu secara tidak langsung bermanfaat untuk mempertahankan konservasi
lingkungan dan sumber-sumber daya alam. Pandangan atau nilai-nilai yang
dipertahankan oleh masyarakat melalui kaidah-kaidah hidup, tradisi atau
kebiasaan yang bersifat mitos dan mistis ini disebut dengan pandangan immanen
atau holistis.
Namun sering kali kegiatan manusia dengan pesatnya
kemajuan dunia ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan
mulia itu secara langsung atau tidak langsung merusak lingkungan. Keseimbangan
terganggu akibat terjadi kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan di suatu
daerah dapat menimbulkan dampak di daerah lain karena adanya aksi dan interaksi
antar komponen lingkungan. Dampak berantai ini tidak hanya terjadi pada
lingkungan lokal melainkan dapat menimbulkan dampak pada lingkungan yang lebih
luas.
Begitu sentralnya kepentingan manusia maka apabila
terjadi pencemaran lingkungan hidup akibat kegiatan manusia sering kali
diabaikan dengan alasan demi kepentingan hidup orang banyak. Dengan demikian,
kelestarian dan kerusakan lingkungan hidup sangat bergantung pada sikap
masyarakat terhadap lingkungan hidup itu sendiri.Lingkungan yang
seimbang memiliki daya lenting yang tinggi. Keseimbangan lingkungan ini
ditentukan oleh seimbangnya energi yang
masuk dan energi yang digunakan, seimbang antara bahan makanan yang terbentuk
dengan yang digunakan, seimbangnya antara faktor abiotik dan biotik. Gangguan
terhadap salah satu faktor itu dapat mengakibatkan keseimbangan terganggu.
a.
Daya Lenting
dan Daya Dukung Lingkungan
Sistem lingkungan itu memiliki daya lenting, yaitu daya atau
kemampuan untuk pulih dari kerusakan. Daya lenting itu tergantung pada tingkat
kerusakan. Bila tingkat kerusakan melebihi daya lenting, maka sistem lingkungan
akan membentuk kestabilan baru yang kualitasnya lebih rendah dari keadaan
lingkungan semula. Jika berbicara mengenai daya lenting, tentunya erat
kaitannya dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang telah dimanfaatkan oleh manusia.
SDA berdasarkan kemungkinan pemulihannya, dapat dibedakan menjadi
1)
SDA yang terpulihkan atau dapat
diperbarui, adalah SDA yang dapat diproduksi secara berkesinambungan seperti
tumbuhan, hewan, dan bahan sintetik.
2) SDA
yang tak terpulihkan atau tak dapat diperbarui adalah SDA yang tidak dapat
diproduksi, seperti bijih logam, gas bumi, batubara, dan minyak bumi.
3) SDA
yang tak habis adalah SDA yang selalu tersedia sepanjang masa seperti matahari,
energi pasang surut, udara, dan air dalam siklus hidrologi.
Di samping lingkungan itu memiliki daya
lenting, juga memiliki daya dukung, yaitu kemampuan lingkungan untuk menjaga
kehidupan di dalamnya agar mahluk hidup dapat hidup dan tumbuh secara wajar.
Bila daya dukung lingkungan lebih rendah dari populasi mahluk hidup yang
didukung, maka akan terjadi kompetisi dan ada mahluk hidup yang mati sehingga
pada lingkungan itu akan terbentuk keseimbangan baru.
b. Pengaruh Kegiatan Manusia terhadap Daya
Lenting dan Daya Dukung Lingkungan
Perkembangan
IPTEK memacu industrialisasi untuk memenuhi kebutuhan populasi yang terus
meningkat, sehingga diproduksi barang dan jasa yang semakin besar pula.
Akibatnya adalah sebagai berikut.
1)
Sumber daya alam yang diambil dari
lingkungan semakin besar baik macam maupun jumlahnya.
2)
Industri mengeluarkan limbah yang
mencemari lingkungan.
3)
Populasi manusia juga mengeluarkan
limbah, yaitu limbah rumah tangga dan limbah manusia itu sendiri yang dapat
mencemari lingkungan.
4)
Munculnya bahan-bahan sintetik yang
tidak ramah terhadap lingkungan, misalnya pestisida, dan obat-obatan yang dapat
meracuni lingkungan. Akibat berikutnya, lingkungan semakin rusak dan mengalami
pencemaran.
Semua akibat di atas mempengaruhi daya lenting dan
daya dukung lingkungan. Daya lenting lingkungan semakin kecil, artinya waktu
yang diperlukan oleh lingkungan untuk pulih dari kerusakan akan semakin lama.
Karena terjadinya kerusakan lingkungan, maka daya dukung lingkungan semakin
besar, artinya lingkungan tidak lagi menyediakan sumber daya yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan hidup organisme yang ada di dalamnya. (Ida Bagus Putu Arnyana, dkk dalam Buku Ajar Ilmu Alamiah Dasar, hal.
93)
Apa itu Logam Update Sapta Dipayana
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Sumber Daya Logam
Logam
adalah unsur yang memiliki sifat mengkilap dan umumnya merupakan penghantar
listrik dan penghantar panas yang baik. Unsur-unsur logam umumnya berwujud
padat pada suhu dan tekanan normal, kecuali raksa yang berwujud cair. Pada
umumnya unsur logam dapat ditempa sehingga dapat dibentuk menjadi benda-benda
lainnya. Logam dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu.
a. Logam Mulia
Secara umum logam mulia berarti
logam-logam termasuk paduannya yang biasa dijadikan perhiasan, antara lain emas, perak, tembaga
dan platina.
Logam-logam tersebut memiliki warna yang bagus, tahan karat, lunak dan terdapat
dalam jumlah yang sedikit di alam. Emas dan perak memiliki sifat penghantar
listrik yang sangat baik sehingga banyak dipakai untuk melapisi
konektor-konektor pada perangkat elektronik.
b. Logam Berat
Logam berat (heavy metal) adalah
logam dengan massa jenis lima atau lebih, dengan nomor atom
22 sampai dengan 92. Logam berat dianggap berbahaya bagi kesehatan bila
terakumulasi secara berlebihan di dalam tubuh. Beberapa di antaranya bersifat
membangkitkan kanker
(karsinogen). Demikian pula dengan bahan pangan dengan kandungan logam berat
tinggi dianggap tidak layak konsumsi (http://id.wikipedia.org.
2014).
2.2
Jenis – Jenis Sumber Daya Logam
2.2.1 Tembaga
a. Pengertian Tembaga
Gambar 01. Tembaga
(en.wikipedia.org)
Tembaga adalah unsur kimia yang diberi lambang Cu
(Latin: cuprum) dalam suatu Sistem Periodik Unsur (SPU) tembaga termasuk dalam
golongan 11 dan menempati posisi dengan nomor atom (NA) 29 dan mempunyai bobot
atom (BA) 63,546. Tembaga, perak dan emas disebut logam koin karena dipakai
sejak lama sebagai uang dalam bentuk lempengan (koin). Hal ini disebabkan oleh
logam ini tidak reaktif, sehingga tidak berubah dalam waktu yang lama. Tembaga
adalah logam berdaya hantar listrik tinggi, maka dipakai sebagai kabel listrik.
Tembaga tidak larut dalam asam yang bukan pengoksidasi tetapi tembaga
teroksidasi oleh HNO3 sehingga tembaga larut dalam HNO3. Bentuk pentahidrat
yang lazim terhidratnya, yaitu kehilangan empat molekul airnya pada 110° C dan
kelima-lima molekul air pada 150 °C. Pada 650 °C, tembaga (II) sulfat mengurai
menjadi tembaga (II) oksida (CuO), sulfur dioksida (SO2) dan oksigen (O2) .
Tembaga merupakan salah satu logam yang terdapat cukup
banyak dalam keadaan bebas. Tembaga kadang-kadang ditemukan secara alami,
seperti yang ditemukan dalam mineral-mineral seperti cuprite, malachite,
azurite, chalcopyrite, dan bornite. Deposit bijih tembaga yang banyak ditemukan
di AS, Chile, Zambia, Zaire, Peru, dan Kanada. Bijih-bijih tembaga yang penting
adalah sulfida, oxida-oxidanya, dan karbonat. Dari mereka, tembaga diambil
dengan cara smelting, leaching, dan elektrolisis. Cu (Tembaga) merupakan salah
satu unsur logam transisi yang berwarna cokelat kemerahan dan merupakan
konduktor panas dan listrik yang sangat baik. Di alam, tembaga terdapat dalam
bentuk bebas maupun dalam bentuk senyawa-senyawa, dan terdapat dalam bentuk
biji tembaga seperti (CuFeS2), cuprite (Cu2O), chalcosite (Cu2S), dan malasite
(Cu2(OH)2CO3). Dalam badan perairan laut tembaga dapat ditemukan dalam bentuk
persenyawaan ion seperti CuCO3, CuOH. Tembaga (Cu) mempunyai sistim kristal
kubik, secara fisik berwarna kuning dan apabila dilihat dengan menggunakan
mikroskop bijih akan berwarna pink kecoklatan sampai keabuan. Tembaga merupakan
suatu unsur yang sangat penting dan berguna untuk metabolisme. Batas
konsentrasi dari unsur ini yang mempengaruhi pada air berkisar antara 1 – 5
mg/l merupakan konsentrasi tertinggi. Dalam industri, tembaga banyak digunakan
dalam industri cat, industri fungisida serta dapat digunakan sebagai katalis,
baterai elektroda, sebagai pencegah pertumbuhan lumut, turunan senyawa-senyawa
karbonat banyak digunakan sebagai pigmen dan pewarna kuningan.
b. Proses Pembentukan Tembaga
Tembaga (II) sulfat diproduksi dalam skala besar
dengan cara mencampurkan logam tembaga dengan asam sulfat panas
atau oksidanya dengan asam sulfat. Untuk
penggunaan di laboratorium, tembaga (II) sulfat biasanya dibeli (tidak dibuat
manual).
Bentuk anhidratnya ditemukan dalam bentuk mineral
langka yang disebut kalkosianit. Tembaga
sulfat terhidrasi eksis di alam dalam bentuk kalkantit (pentahidrat) dan 2 mineral lain
yang lebih langka: bonatit (trihidrat)
dan bootit (heptahidrat).
c. Persebaran Tembaga
Persebaran tembaga di Indonesia ditemukan hampir
merata di berbagai provinsi, yaitu di Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara,
Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Jawa
Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan,
Sulawesi Tengah, NTT, dan Papua.
2.2.2 Nikel
a. Pengertian Nikel
Gambar 02. Nikel (en.wikipedia.org)
Nikel adalah komponen yang banyak ditemukan dalam
meteorit dan menjadi ciri komponen yang membedakan meteorit dari mineral
lainnya. Meteorit besi atau siderit, dapat mengandung alloy besi dan nikel
berkadar 5-25%. Nikel diperoleh secara komersial dari pentlandit dan pirotit di
kawasan Sudbury Ontario, sebuah daerah yang menghasilkan 30% kebutuhan nikel
dunia.
Unsur nikel berhubungan dengan batuan basa yang
disebut norit. Nikel ditemukan dalam mineral pentlandit, dalam bentuk
lempeng-lempeng halus dan butiran kecil bersama pyrhotin dan kalkopirit. Nikel
biasanya terdapat dalam tanah yang terletak di atas batuan basa.
b. Proses Pembentukan Nikel
Nikel terbentuk bersama mineral silikat kaya akan
unsur Mg (ex;olivin). Olivin adalah jenis mineral yang tidak stabil selama
pelapukan berlangsung. Saprolite adalah produk pelapukan pertama, meninggalkan
sedikitnya 20% fabric dari batuan aslinya (parent rock). Batas antara batuan
dasar, saprolite dan wathering front tidak jelas dan bahkan perubahannya
gradasional. Endapan nikel laterite dicirikan dengan adanya speroidal
weathering sepanjang joints dan fractures ( boulder saprolite). Selama
pelapukan berlangsung, Mg larut dan Silika larut bersama groundwater. Ini
menyebabkan fabric dari batuan induknya is totally change. Sebagai hasilnya,
Fe-Oxide mendominasi dengan membentuk lapisan horizontal diatas saprolite yang
sekarang kita kenal sebagai Limonite. Benar bahwa Nikel berasosiasi dengan
Fe-Oxide terutama dari jenis Goethite. Rata-rata nikel berjumlah 1.2 %.
c. Persebaran Nikel
Daerah persebaran nikel terdapat di Soroako,
Bulubulang, Pamaloa Utara, dan Pamaloa Selatan (Sulawesi Tenggara).
2.2.3 Bijih Besi
a. Pengertian Bijih besi
Gambar 03. Bijih Besi
(en.wikipedia.org)
Biji atau bijih besi adalah cebakan yang
digunakan untuk membuat besi gubal.Biji besi
terdiri atas oksigen dan atom besi yang
berikatan bersama dalam molekul. Besi sendiri
biasanya didapatkan dalam bentuk magnetit (Fe3O4), hematit (Fe2O3), goethit, limonit atau siderit. Bijih besi
biasanya kaya akan besi oksida dan
beragam dalam hal warna, dari
kelabu tua, kuning muda, ungu tua, hingga merah karat anjing Saat ini, cadangan
biji besi nampak banyak, namun seiring dengan bertambahnya penggunaan besi
secara eksponensial berkelanjutan, cadangan ini mulai berkurang, karena
jumlahnya tetap. Sebagai contoh, Lester Brown dari Worldwatch Institute telah
memperkirakan bahwa bijih besi bisa habis dalam waktu 64 tahun berdasarkan pada
ekstrapolasi konservatif dari 2% pertumbuhan per tahun.
b. Pengelompokan Bijih Besi
Proses terjadinya cebakan bahan galian bijih besi
berhubungan erat dengan adanya peristiwa tektonik pra-mineralisasi. Akibat
peristiwa tektonik, terbentuklah struktur sesar, struktur sesar ini merupakan
zona lemah yang memungkinkan terjadinya magmatisme, yaitu intrusi magma menerobos
batuan tua, dicirikan dengan penerobosan batuan granitan (Kgr) terhadap Formasi
Barisan (Pb,Pbl). Akibat adanya kontak magmatik ini, terjadilah proses
rekristalisasi, alterasi, mineralisasi, dan penggantian (replacement) pada
bagian kontak magma dengan batuan yang diterobosnya.
c. Persebaran Bijih Besi
Daerah persebaran Bijih besi terdapat di daerah
Lampung (Gunung Tegak), Kalimantan Selatan (Pulau Sebuku), Sulawesi Selatan
(Pegunungan Verbeek), dan Jawa Tengah (Cilacap).
2.2.4 Emas dan Perak
a. Pengertian Emas dan Perak
Gambar 04. Emas dan Nikel
(en.wikipedia.org)
Emas adalah
unsur kimia dengan nomor atom 79 dan massa atom 196,967. Berupa logam dengan
titik lebur 1.063° C dan titik didih 2.600° C. emas merupakan logam yang paling
lenting dan mudah ditempa, juga konduktor yang baik. Logam ini tidak aktif
secara kimiawi, dan tahan karat. Emas sering terdapat bebas di endapan sungai,
urat kuarsa, atau dari pirit. Mungkin juga emas terdapat pada bijih besi atau
perak, tembaga, timbale, nikel, dan tellurium. Penggunannya yaitu : dulu
digunakan sebagai uang logam dan sekarang masih merupakan standar pertukaran
internasional. Sampai sekarang dipakai untuk perhiasan, seni, kedokteran gigi,
penyepuhan, dan dalam bentuk radioaktif dipakai untuk pengobatan tumor. Symbol
kimia dari emas yaitu Au.
Perak adalah suatu unsur kimia dalam
tabel periodik yang memiliki lambang Ag dan nomor atom 47. Lambangnya berasal
dari bahasa LatinArgentum. Sebuah logam transisi lunak, putih, mengkilap, perak
memiliki konduktivitas listrik dan panas tertinggi di seluruh logam dan
terdapat dimineral dan dalam bentuk bebas. Logam ini digunakan dalam koin,
perhiasan, peralatan meja, dan fotografi. Perak termasuk logam mulia seperti
emas.
b. Pembentukan Emas dan Perak
Emas terbentuk dari proses magmatisme atau
pengkonsentrasian di permukaan. Beberapa endapan terbentuk karena proses
metasomatisme kontak dan larutan hidrotermal, sedangkan pengkonsentrasian
secara mekanis menghasilkan endapan letakan (placer).
Genesa emas dikatagorikan menjadi dua yaitu:
- endapan primer
- endapan plaser
.
Perak muncul secara alami dan dalam bijih-bijih argentite (Ag2S) dan horn silver (AgCl). Bijih-bijih timah,
timbal-timah, tembaga, emas dan perunggu-nikel merupakan sumber-sumber penting
untuk menambang perak.
c. Persebaran Emas dan Perak
Potensi endapan emas terdapat di hampir setiap daerah di Indonesia, seperti
di Pulau Sumatera, Kepulauan Riau, Pulau Kalimantan, Pulau Jawa, Pulau
Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua (http://yadhikaizan.wordpress.com.2013).
2.3 Pemanfaatan Sumber
Daya Logam
Sumber daya logam banyak digunakan oleh
manusia dalam kehidupannya sehari-hari, berikut beberapa contoh pemanfaatan
sumber daya logam.
a. Pemanfaatan Emas dan
Perak
Pemanfaatan/ penggunaan emas dan perak yang paling
utama digunakan untuk bahan uang.
b. Pemanfaatan Tembaga
Tembaga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan dari
komponen listrik, koin, dan alat rumah tangga. Tembaga juga dapat dipadu dengan
logam lain hingga terbentuk logam paduan seperti perunggu atau monel.
c. Pemanfaatan Nikel
Bijih nikel laterit kadar rendah dapat dimanfaatkan
sebagai bahan baku dalam pembuatan feronikel dengan melakukan peningkatan kadar
nikel sesuai cut of grade yang ditentukan UBPN Operasi Pomala, PT. Antam Tbk
yaitu 2.3% Ni. Percobaan dalam skala laboratorium telah menghasilkan peningkatan
kadar nikel lebih besar dari 2.3% Ni yaitu 2.43% Ni dengan perolehan optimum
sebesar 83.4% untuk conto A dan 2.39% Ni dengan perolehan sebesar 84.08% untuk
conto B, melalui metode flotasi dengan mengapungkan mineral silikat, dengan
menggunakan senyawa amina komplek untuk kolektor dan starch (kanji) untuk
depressant. Sedangkan metoda magnetisasi dapat dimanfaatkan dan meningkatkan
kadar besi tetapi tidak dapat meningkatkan kadar nikel dalam pemanfaatan
endapan bijih nikel laterit lapisan atas (iron cap) dengan peningkatan kadar
besi dari 41.88% Fe menjadi 66.43% Fe dan nikel dari kadar 0.40% Ni menjadi
0.50% Ni.
d. Pemanfaatan Bijih besi
Bijih besi dimanfaatkan oleh masyarakat industri telah
ditambang dari deposit didominasi hematit dengan nilai lebih dari 60% Fe.
Deposit ini biasanya disebut sebagai “bijih pengiriman langsung” atau “bijih
alami”. Peningkatan permintaan bijih besi, ditambah dengan menipisnya bermutu
tinggi bijih hematit di Amerika Serikat, setelah Perang Dunia II menyebabkan
perkembangan tingkat rendah sumber bijih besi, terutama pemanfaatan taconite di
Amerika Utara. Tingkat rendah sumber bijih besi umumnya memerlukan benefisiasi.
Magnetit sering dimanfaatkan karena magnet, dan karenanya mudah dipisahkan dari
mineral gangue dan mampu menghasilkan konsentrat bermutu tinggi dengan tingkat
yang sangat rendah dari kotoran. Karena kepadatan yang tinggi relatif terhadap
gangue hematit silikat terkait, benefisiasi hematit biasanya melibatkan
kombinasi dari menghancurkan, gravitasi penggilingan, atau berat pemisahan
media, dan flotasi buih silika
(http://yadhikaizan.wordpress.com.2013).
Pengertian Sumber Daya
Logam
Pada pemanfaatan sumber daya logam tersebut, menyebabkan
pencemaran terhadap lingkungannya, berikut pencemaran yang disebabkan oleh pemanfaatan
sumber daya logam.
Pencemaran
akibat logam berat yang ramai dibicarakan belakangan ini hanya terfokus pada
Merkuri (Hg), contoh dugaan pencemaran logam berat di Teluk Buyat oleh PT.
Newmont Minahasa Raya, dimana beberapa kalangan ahli dibidangnya membuat
kesimpulan yang masih bersifat asumsi-asumsi bahwa Kasus Minahasa tidak sama
dengan Minamata, jelas tidak sama. Bila melihat histori kasus Minamata Jepang,
pencemaran limbah logam berat oleh Industri Petro Kimia Chiso Minamata Factory
dimana limbah yang terlarut di teluk Minamata dominan mengandung limbah Merkuri
(Hg), sedang aktifitas di Minahasa adalah kegiatan pertambangan, yang tentunya
jenis limbahnya akan berbeda dengan Industri Petro Kimia.
Logam berat buatan akibat limbah industri atau atau aktifitas lainnya
seperti yang telah diuraikan sebelumnya dimana limbah yang mencemari lingkungan
dapat saja jenis logam lainnya, yang kemungkinan akibat yang ditimbulkan sama
dengan dampak dari limbah Merkuri (Hg). Komparasi tentang pencemaran lingkungan
akibat logam berat yang terjadi di belahan dunia sebenarnya sudah dapat
dijadikan dasar untuk mengkaji bahwa jenis Industri A,B,C, kecenderungannya
akan menghasilkan limbah jenis X,Y,Z, sehingga kita tidak salah dalam
menyimpulkan dampak penting yang sebenarnya terjadi.
Logam berat yang tercemar ke lingkungan, dampak penting yang
ditimbulkan khususnya terhadap penyakit ada kesamaan antara satu dengan yang
lainnya, sehingga sangat membutuhkan ketelitian untuk memastikan jenis-jenis
logam berat yang tercemar. Asumsi-asumsi pencemaran yang ramai dibicarakan saat
ini hanya selalu terfokus pencemaran logam berat di air. Pada hal masih ada
media pencemaran jenis lainnya yang sama dampaknya bagi kesehatan seperti
pencemaran logam berat di udara, pencemaran daratan
(http://mandorkawat2009.com. 2009).
Langganan:
Postingan (Atom)