Selasa, 12 November 2013

Surat Pernyataan Tidak sedang menerima bidikmisi



KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
FAKULTAS ILMU SOSIAL
Alamat: Jln. Udayana (kampus Tengah)       Telp. (0362)23884 Singaraja- Bali
 

SURAT PERNYATAAN  
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama                              : I Komang Sapta Dipayana
Tempat, Tgl Lahir          : Negara, 7 Januari 1994
NIM                               : 1214031031
Jurusan/prog studi          : Pendidikan Geografi/S-I
Fakultas                          : Ilmu Sosial
Alamat Tempat Tinggal: Perum BTN Tegal Sari, Jalan Gunung Rinjani.

Dengan ini menyatakan, bahwa memang saya tidak sedang menerima beasiswa dari sumber lain pada tahun 2013, Apabila dikemudian hari pernyataan ini terbukti tidak benar maka saya bersedia mendapatkan sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian surat pernyataan ini dibuat untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Singaraja, 27 Agustus  2013
Ketua Jurusan                                                                         Yang membuat pernyataan,                                                               

Drs. Made Suryadi, M.Si                                                       I Komang Sapta Dipayana
NIP. 195806201986011001                                                   NIM. 1214031031

Mengetahui:
                                    Pembantu Dekan III. Fakultas Ilmu Sosial
                                                Universitas Pendidikan Ganesha,



Drs. I Wayan Landrawan, M. Si.
NIP. 196012311986031018.

Kisah Sang Capricorn Menuju Puncak Tertinggi

Capricorn atau sang kambing gunung selalu ingin mendaki ke puncak yang paling tertinggi. Kakinya menjejak tanah, tapi matanya membidik ke titik paling tinggi. Ia ingin menjadi yang paling hebat, dan ia akan mewujudkan ambisinya dengan langkah-langkah yang tetap dan menapak. Kambing gunung tenang dan tahu, tak perlu menjadi elang untuk mencapai ke puncak gunung tertinggi.
Kebaikannya adalah ia membumi.
Bahayanya ia duniawi.
Bersaing adalah dorongan alami hewan jantan. Dalam kebaikan atau keburukannya, Capricorn adalah sosok yang teguh.

Di dunia ini banyak kisah-kisah yang menarik dari senang, sedih, marah, dan ambisius. Semua hal tersebut sangat berarti bagi seorang capricorn.

Ini merupakan Kisah dari Hidupku sebagai seorang capricorn.

Sejak lahir aku tak pernah tau akan diriku sendiri, siapa aku, dan siapa dia. Aku merasa menjadi orang yang terpaksa untuk dilahirkan. Waktu terus berputar, semakin hari aku merasa tidak diperdulikan. Siapa aku, siapa dia, aku hidup sendiri dan untuk sendiri. Aku dilahirkan dari keluarga yang biasa-biasa saja, namun dibalik itu semua tersimpan kenangan manis, buruk, dan benci. Setiap aku melihat kakakku pergi ke sekolah aku selalu merasa duduk di depan pekarangan rumahku dan selalu bertanya kapan ia pulang ke rumah. kenangan tersebut terus teringat. ada waktu yang kuingat pada hari itu kakaku pergi ke sekolah seperti biasa dan aku juga seperti biasa ada didepan pekarangan rumahku. tiba-tiba hujan turun dengan derasnya, aku tetap menunggu kakakku, hingga suatu ketika diriku melihat sesosok orang, ternyata kakaku yang pulang dengan daun pisang yang lebar. saat itu aku berfikir kenapa kakaku pulang dengan daun pisang, apakah aku juga akan melakukan hal itu.?? mungkin tidak..? kenapa harus seperti itu, apakah ada yang salah dalam diriku. aku saat itu hanyalah seorang bocah dan yang kuingat hanyalah pada saat itu saja. ketika kakaku pulang dengan membawa daun pisang. lalu selama ini apa yang ku perbuat, apakah hanya menunggu kakaku membawa daun pisang pulang. sekarang aku benar-benar tak mengerti apa yang kulakukan dan kemana saja diriku ini tidak salahkah diriku seperti ini..?????

beranjak dewasa aku mengingat beberapa kejadian. aku sudah sedikit besar aku mengingat benar aku berfoto bersama kakak-kakakku, kakaku ada dua, kakaku yang pertama seorang laki-laki, dan kedua kakak perempuan. dan aku yang ketiga seorang anak kecil, paling pendek pada saat itu.
bersambung.............

Selasa, 05 November 2013

Alfred Weber: Theory of the Location of Industries, 1909 sub Eng

Alfred Weber: Theory of the Location of Industries, 1909
By David Fearon

Background
Alfred Weber (1868–1958), like his older brother Max Weber, started his academic career in Germany as an economist, then became a sociologist. While schooled at a time when European economics was emphasizing historical analysis, Weber was among those reintroducing theory and causal models to the field. He is best remembered, particularly in economics, regional science and operations research, for early models of industrial location (discussed below). When his work turned to sociology, however, Weber maintained a commitment to the "philosophy of history" traditions, developing theories for analyzing social change in Western civilization as a confluence of civilization (intellectual and technological), social processes (organizations) and culture (art, religion, and philosophy). He also published empirical and historical analyses of the growth and geographical distribution of cities and capitalism.
Weber remained in Nazi Germany during the war, but was a leader in intellectual resistance. After the war his writings and teaching was influential both in and out of academic circles in promoting a philosophical and political recovery for the German people.
Innovation
With the publication of Über den Standort der Industrie (Theory of the Location of Industries) in 1909, Alfred Weber put forth the first developed general theory of industrial location [references here are to the 1929 translation of the 1909 book by Carl Friedrich]. His model took into account several spatial factors for finding the optimal location and minimal cost for manufacturing plants. Weber also applied the model to service organizations such as investment firms, and more broadly to certain political and cultural systems. The problem of locating industry was particularly relevant at the end of the 19th century, when the industrial revolution was well established, and development of rail transport, energy, telecommunications and urban growth provided more options for distributing firms and components of the manufacturing process.
In the 1909 book, Weber set forth his model as a systematic testing of hypotheses. He began with some assumptions of an ideal type of industry as a unit of analysis. The first five chapters tests the model under the assumption that production and distribution are indivisible and independent of other industries. He then rejects this hypothesis with attention to more real-world conditions in which locational factors may bring together or draw apart various aspects of industry, for example, the relation of raw materials to labor sources.
Changes in locational factors can lead to three areas of change in the industry: a spatial or vertical splitting of production and distribution, diversification within the plant of various processes, and division of labor between industries. Location may affect the costs of an industry in securing a location (e.g., cost of real estate) and obtaining raw and auxiliary materials. General regional factors may also effect the costs of manufacturing (e.g., labor costs) and transport costs in shipping to consumers.
The point for locating an industry that minimizes costs of transportation and labor requires analysis of three factors:
1. The point of optimal transportation based on the costs of distance to the "material index"—the ratio of weight to intermediate products (raw materials) to finished product. 2. The labor distortion, in which more favorable sources of lower cost labor may justify greater transport distances. 3. Agglomeration and deglommeration.
Agglomeration, or concentration of firms in a locale occurs when there is sufficient demand for support services for the company and labor force, including new investments in schools and hospitals. Also supporting companies, such as facilities that build and service machines and financial services, prefer closer contact with their customers. Deglommeration occurs when companies and services leave because of over concentration of industries or of the wrong types of industries, or shortages of labor, capital, affordable land, etc.
Weber also examined factors leading to the diversification of an industry in the horizontal relations between processes within the plant.
Formally distant processes may be brought together for technical reasons, such as chemical industry coupling new processes and raw material sources. A plant may also grow locally in economies of agglomeration when there is local cheap labor, or a labor pool that can adapt to fluctuations of markets for products in the same industry. Auxiliary industries, such as those making packing material, may locate near their industry customers. Companies with specialized machines or services used only occasionally by larger firms tend to locate in agglomeration areas, not just to lower costs but as necessity for finding sufficient customers.
In the appendix to the 1909 book, Weber presented a mathematical summary of the model developed with the help of a mathematician colleague. It presented methods for calculating "locational triangles" in the placing of industry between raw materials and markets. An example in Figure 1, C1 and C2 are the source of raw materials and M is the market. If equal transport costs are assumed in all directions, the least-cost location, P, is derived from the "pull" from all three corners. Weber used a Verignon frame (Figure 2) to help physically calculate the points using weights to represent transport costs. Spatial economists and operations research tend to draw only upon Weber's mathematical model for locating industries. Weber, however, emphasized, and demonstrated at the end of several chapters, that these "pure" rules of location are insufficient unless tested by real-world local, sociological, and political conditions.
The issue of industry location is increasingly relevant to today's global markets and trans-national corporations. Focusing only on the mechanics of the Weberian model could justify greater transport distances for cheap labor and unexploited raw materials. When resources are exhausted or workers revolt, industries move to different countries. As a sociologist who resisted Fascist ideology, Alfred Weber might today have expanded his discussion of the potential negative social, cultural, and historical consequences of industrial location.  
 
Publications
Weber, Alfred [translated by Carl J. Friedrich from Weber's 1909 book]. Theory of the Location of Industries. Chicago: The University of Chicago Press, 1929.
Weber, Alfred, and Frank Thilly. History of Philosophy. New York: C. Scribner's Sons, 1896.
Weber, Alfred, and R. F. C. Hull. Farewell to European History; or The Conquest of Nihilism. New Haven: Yale Univ. Press, 1948.
Related Works
Links
Location of Industry
Alfred Weber and Subsequent Developments in Industrial Location Theory

Theory of Location of Industries menurut Weber dan Losch sub Indo

Teori Lokasi Industri ( Teori Weber dan Teori Losch)


Alferd weber seorang ahli ekonomi Jerman menulis buku berjudul Uber der Standort der Industrien pada tahun 1990. Buku ini diterjemahkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1929 oleh C.J. Friedrich dengan judul Alferd Weber’s Theory of Location of Industries. Weber menganalisis lokasi kegiatan industri. Weber berdasarkan teorinya bahwa lokasi setiap industri tergantung pada total biaya transportasi dan tenaga kerja dimana penjumlahan keduanya harus minimum. Tempat dimana total biaya transportasi dan tenaga kerja yang minimum adalah identik dengan tingkat keuntungan yang maksimum. Dalam perumusan modelnya, Weber bertitik tolak pada asumsi :
1. Unit telaahan adalah suatu wilayah yang terisolasi, iklim yang homogen, konsumen terkonsentrasi pada beberapa pusat, dan kondisi pasar adalah persaingan sempurna.
2. Beberapa sumber daya alam seperti air, pasir, dan batu bata tersedia di mana-mana (equitous) dalam jumlah yang memadai
3. Material lainnya seperti bahan bakar mineral dan tambang tersedia secara sporadic dan hanya terjangkau pada beberapa tempat terbatas.
4. Tenaga kerja tidak ubiquitous (tidak menyebar secara merata) tetapi berkelompok pada beberapa lokasi dengan mobilitas yang terbatas.
Berdasarkan asumsi tersebut ada tiga faktor yang mempengaruhi lokasi industri yaitu biaya transportasi dan upah tenaga kerja merupakan faktor regional yang bersifat umum dan faktor deaglomerasi yang brsifat lokal dan khusus. Menurut weber biaya transportasi merupakan faktor pertama dalam menentukan lokasi sedangkan faktor lainnya merupakan faktor yang dapat memodifikasi lokasi. Jadi, titik terendah biaya transportasi adalah titik yang menunjukkan biaya minimum untuk angkutan bahan baku dan distribusi hasil produksi. Biaya transportasi dipengaruhi oleh berat lokasional. Berat lokasional adalah berat total semua barang berupa input yang harus diangkut ke tempat produksi untuk menghasilkan satu satuan output ditambah berat output yang akan dibawa ke pasar. Berat total itu terdiri dari satu satuan produk akhir ditambah semua berat input yang harus diangkut ke lokasi pabrik seperti bahan mentah, bahan setengah jadi, bahan penolong dan lain-lain yang diperlukan untuk menghasilkan satu satuan output. Ada kemungkinan sumber berbagai bahan baku dan pasar berada pada arah yang berbeda. Dalam hal ini, lokasi biaya transportasi termurah adalah pada pertemuan dari berbagai arah tersebut. Weber memberi konsep yang dikenal sebagai segitiga lokasi atau location triangle.
August Losch merupakan orang pertama yang mengembangkan teori lokasi dengan segi permintaan sebagai variabel utama. Teori Losch bertujuan untuk menemukan pola industri, sehingga diketemukan keseimbangan spasial antar teori lokasi. Ia berpendapat bahwa dalam lokasi industri yang tampak tak teratur dapat diketemukan pola keberaturan. Oleh karena itu Kosch merupakan pendahulu dalam mengatur kegiatan ekonomi secara spasial dan pelopor dalam teori ekonomi regional modern. Teori losch berasumsikan suatu daerah yang homogin dengan distribusi sumner bahan mentah dan sarana angkutan yang merata serta selera konsumen yang sama. Kegiatan ekonomi yang terdapat didaerah tersebut merupakan pertanian berskla kecil yang pada dasarnya ditunjukkan bagi pemenuhan kebutuhan petani masing-masing. Perdagangan baru terjadi bila terdapat kelebihan produksi. Untuk mencapai keseimbangan, ekonomi ruang Losch harus memenuhi syarat berikut ini :
1. Setiap lokasi industry harus menjamin keuntungan maksimum bagi penjual maupun pembeli.
2. Terdapat cukup banyak usaha pertanian denga pembayaran cukup merata, sehingga seluruh permintaan yang ada dapat dilayani.
3. Terdapat free entry dan tak ada petani yang memperoleh super normal profit sehingga tak ada rangsangan bagi petani dari luar untuk masuk dan menjual baarang yang sama di daerah tersebut.
4. Daerah penawaran adalah sedemikian sehingga memungkinkan petani yang ada untuk mencapai besar optimum dan
5. Konsumen bersifat indifferent terhadap penjual manapun dan satu-satunya pertimbangan untuk membeli asalah harga yang rendah.
Gejala daerah pasar yang terbentuk disebabkan oleh harga yang semakin tinggi yang mengakibatkan pembeli makin tidak dapat menjangkaunya dan berpaling ke penjual lain yang menawarkan harga lebih murah. Dengan demikian batas daerah pasar satu dengan pasar lain lebih berkesinambungan.
Sumber :
Tarigan, Robinson. 2006. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara
Djojodipuro Marsudi. 1992. Teori Lokasi. Jakarta : Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Universitas diponegoro.

Film Anime yang Bikin Melek Mata

Tahukah anda anime apa yang perlu anda tonton.
mari kita lihat. Naruto, Bleach, fairy tail anime yang udah biasa
Ni lebih seru dan singkat
1. Air Gear

air gear merupakan anime yang mengandung echi, namun alur ceritanya sangat bagus. air gear menceritakan tentang seorang pemuda yang bernama ikki yang akan menjadi raya air Gear (sepatu roda yang memiliki kemampuan kecepatan sangat tinggi). lho harus nonton bro seru bro








2. An No Exorcist

anime ini menceritakan seorang pemuda yang memiliki darah dan kekuatan raja setan (satan) di dalam tubuhnya yang bernama Rin. dengan kekuatannya ia ingin menyelatkan dunia dari dunia Iblis. Bagaimana Serunya. tonton aja men.

3. fullmetal alchemist  Brotherhood
anime ini menceritakan  tentang seorang pemuda bernama edwar yang ingin menolong adiknya untuk mendapatkan tubuhnya kembali. anime ini memperlihatkan mengenai kekuatan batu pilosofis yang mampu meningkatkan atau menyembuhkan orang. dalam anime ini edwar elric yang memiliki kekuatan alkimia baja, yang mampu membentuk besi menjadi senjata tempur. tonton juga ni bro..