Sabtu, 31 Mei 2014

Alat-alat Evaluasi Pendidikan



BAB I
PENDAHULUAN
A.  LATAR BELAKANG
Pendidikan dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya siswa , pengelola sekolah, lingkungan, kualitas pengajaran, kurikulum, dan sebagainya. Usaha peningkatan pendidikan biasa ditempuh dengan peningkatan kualitas pembelajaran dan system evaluasi yang baik. Keduanya saling berkaitan system pembelajaran yang baik akan menghasilkan kualitas pendidikan yang baik, selanjutnya system penilaian yang baik akan mendorong guru untuk menentukan strategi mengajar yang baik dan memotivasi siswa untuk belajar yang lebih baik.
Sehubungan dengan itu, maka di dalam pembelajaran dibutuhkan guru yang tidak hanya mengajar dengan baik, namun mampu melakukan evaluasi dengan baik. Kegiatan evaluasi sebagai bagian dari program pembelajaran perlu lebih dioptimalkan. Evaluasi tidak hanya bertumpu pada penilaian hasil belajar, namun perlu penilaian terhadap input, output, dan kualitas proses pembelajaran itu sendiri
Dalam makalah ini, kami menyajikan beberapa hal tentang teknik evaluasi yang dapat digunakan dalam penilaian terhadap anak didik, baik itu tentang kemampuan belajar, sikap, keterampilan, sifat, bakat, minat dan kepribadian. Adapun teknik yang akan dijelaskan dalam makalah ini adalah teknik nontes. Salah satu teknik yang sangat membantu dalam penilaian terhadap hal-hal yang bersangkutan dengan siswa.

B.     RUMUSAN MASALAH
1.      Apakah pengertian Evaluasi ?
2.      Apa saja alat-alat evaluasi pembelajaran ?

  1. TUJUAN
1.      Untuk memahami pengertian evaluasi.
2.      Untuk mengetahui alat-alat evaluasi pembelajaran.





























BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Evaluasi Pendidikan
Evaluasi merupakan subsistem yang sangat penting dan sangat dibutuhkan dalam setiap system pendidikan, karena evaluasi dapat mencerminkan seberapa jauh perkembangan atau kemajuan hasil Dengan evaluasi, maka maju dan mundurnya kualitas pendidikan dapat diketahui, dan dengan evaluasi pula, kita dapat mengetahui titik kelemahan serta mudah mencari jalan keluar untuk berubah menjadi lebih baik ke depan.
Namun, evaluasi pendidikan yang dilaksanakan selama ini dirasakan belum memberikan distribusi yang cukup untuk peningkatan kualitas pendidikan. Hal ini disebabkan oleh sistem evaluasi yang digunakan belum tepat atau pelaksanaan evaluasi belum seperti yang diharapkan, oleh karena itu perlu dilakukan inovasi terhadap sistem evaluasi pendidikan ke arah yang lebih baik, agar dapat mengukur semua kemampuan yang dimiliki oleh peserta didik tanpa hanya mengukur ranah kognitifnya saja.
Dengan sistem evaluasi yang baik maka akan mendorong pendidik untuk menentukan strategi mengajar yang baik sehingga dapat memotivasi peserta didik untuk belajar yang lebih baik dengan tujuan akhir meningkatnya kualitas pendidikan di Indonesia pada umumnya, seperti yang diamanahkan dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa yang merupakan tujuan pendidikan nasional.
Adapun pengertian Evaluasi Pendidikan dan pengajaran adalah proses kegiatan untuk mendapatkaninformasi data mengenai hasil belajar mengajar yang dialami siswa dan mengolah ataumenafsirkannya menjadi nilai berupa data kualitatif atau kuantitatif sesuai dengan standar tertentu. Hasilnya diperlukan untuk membuat berbagai putusan dalam bidang pendidikandan pengajaran.
B.     Alat-alat Evaluasi Pembelajaran
Secara keseluruhan teknik dan bentuk evaluasi pendidikan dapat digambarkan sebagai berikut :
1.      Teknik Non-tes
Nontes dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-masing individu yang tentunya berbeda. Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, yaitu: pengamatan (observation), wawancara (interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan analisis dokumen yang bersifat unobtrusiv.
1)      Pengamatan (Observation)
Observasi merupakan suatu pengamatan langsung terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakuya. Secara umum observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran pengamatan.
Observasi dapat dilakukan pada berbagi tempat misalnya kelas pada waktu pelajaran, dihalaman sekolah pada waktu bermain, dilapangan pada waktu murid olah raga, upacara dan lain-lain.
a.       Cara dan Tujuan Observasi
Menurut cara dan tujuannya observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
1.      Observasi partisipatif dan nonpartisipatif
Observasi partisipatif adalah observasi dimana orang yang mengobservasi (observer) ikut ambil bagian alam kegiatan yang dilakukan oleh objek yang diamatinya. Sedangkan observasi nonpartisipatif, observasi tidak mengambil bagian dalam kegiatan yang dilakukan oleh objeknya. Atau evaluator berada “diluar garis” seolah-olah sebagai penonton belaka. Contoh observasi partisipatif : Misalnya guru mengamati setiap anak. Kalau observasi nonpartisipatif, guru hanya sebagai pengamat, dan tidak ikut bermain.
2.      Observasi sistematis dan observasi nonsitematis
Observasi sistematis adalah observasi yang sebelum dilakukan, observer sudah mengatur sruktur yang berisi kategori atau kriteria, masalah yang akan diamati
Sedangkan observasi nonsistematis yaitu apabila dalam pengamatan tidak terdapat stuktur ketegori yang akan diamati.
Contoh observasi sistematis misalnya guru yang sedang mngamati anak-anak menanam bunga. Disini sebelum guru melaksanakan observasi sudah membuat kategori-kategori yang akan diamati, misalnya tentang: kerajinan, kesiapan, kedisiplinan, ketangkasan, kerjasama dan kebersihan. Kemudian ketegori-kategori itu dicocokkan dengan tingkah laku murid dalam menanam bunga.
Kalau observasi nonsistematis maka guru tidak membuat kategori-kategori diatas, tetapi langsung mengamati anak yang sedang menanam bunga.
3.      Observasi Eksperimental
Observasi eksperimental adalah observasi yang dilakukan secara nonpartisipatif tetapi sistematis. Tujuannya untuk mengetahui atau melihat perubahan, gejala-gejala sebagai akibat dari situasi yang sengaja diadakan.
Sebagai alat evaluasi , observasi digunakan untuk:
·         Menilai minat, sikap dan nilai yang terkandung dalam diri siswa.
·         Melihat proses kegiatan yang dilakukan oleh siswa maupun kelompok.

·         Suatu tes essay / obyektif tidak dapat menunjukan seberapa kemampuan siswa dapat menjelaskan pendapatnya secara lisan, dalam bekerja kelompok dan juga kemampuan siswa dalam mengumpulkan data
b.      Sifat Observasi
Observasi yang baik dan tepat harus memilki sifat-sifat tertentu yaitu:
1.      Hanya dilakukan sesuai dengan tujuan pengajaran
2.      Direncanakan secara sistematis
3.      Hasilnya dicatat dan diolah sesuai dengan tujuan
4.      Dapat diperika validitas, rehabilitas dan ketelitiaanya.
c.       Kebaikan dan Kelemahan Observasi
Observasi sebagai alat penilain nontes, mempunyai beberapa kebaikan, antara lain:
1.      Observasi dapat memperoleh data sebagai aspek tingkah laku anak.
2.      Dalam observasi memungkinkan pencatatan yang serempak dengan terjadinya suatu gejala atau kejadian yang penting
3.      Observasi dapat dilakukan untuk melengkapi dan mencek data yang diperoleh dari teknik lain, misalnya wawancara atau angket
4.      Observer tidak perlu mengunakan bahasa untuk berkomunikasi dengan objek yang diamati, kalaupun menggunakan, maka hanya sebentar dan tidak langsung memegang peran. Selain keuntungan diatas, observer juga mempunyai beberapa kelemahan
Kelemahan observasi:
1.      Observer tiidak dapat mengungkapkan kehidupan pribadi seseorag yang sangat dirahasiakan. Apabila seseorang yang diamati sengaja merahasiakan kehidupannya maka tidak dapat diketahui dengan observasi. Misalnya mengamati anak yang menyayi, dia kelihatan gembira, lincah . Tetapi belum tentu hatinya gembira, dan bahagia. Mungkin sebaliknya, dia sedih dan duka tetapi dirahasiakan.
2.      Apabila si objek yang diobservasikan mengetahui kalau sedang diobservasi maka tidak mustahil tingkah lakunya dibuat-buat, agar observer merasa senang.
3.      Observer banyak tergantung kepada faktor-faktor yang tidak dapat dapat dikontrol sebelumya.
d.      Alat Pencatat Observasi
Agar hasil observasi dapat dikumpulkan dengan baik maka sebelumnya guru harus menyiapkan alat untuk observasi yaitu:

1.      Catatan Anekdot (Anecdotal Record)
Yaitu catatan khusus mengenai hasil pengamatan tentang tingkah laku anak yang dianggap penting (istimewa). Catatan anekdot ini ada dua macam yaitu anekdot insidental, digunakan untuk mencatat peristiwa yang terjadi sewaktu-waktu, tidak terus-menerus. Sedangkan catatan anekdot periodik digunakan untuk mencatat peristiwa tertentu yang terjadi secara insedental dalam suatu periode tertentu. Catatan anekdot mempunyai kegunaan dalam melaksanakan observasi trerhadap tingkah laku anak. Kegunaanya untuk memperoleh pemahaman yang lebih tepat tentang murid sebagai individu yang kompleks, memperoleh pemahaman tentang sebab-sebab dari suatu problema yang dihadapinya, dan dapat dijadikan dasar utuk pemecahan masalah anak dalam belajar.
2.      Daftar cek (Check Lish)
Daftar cek adalah sebuah catatan tertulis yang berisi kemungkinan jawaban yang dipilih, dengan tinggal membubuhkan sebuah tanda pada kemungkinan jawaban yang benar. Dalam bentuk daftar cek, semua tingkah laku, sikap yang diobservasi dijabarkan dalam suatu daftar.
3.      Skala Penilaian (Rating Scale)
Dalam skala penilaian, tingkah laku, sikap yang diobservasikan dijabarkan dalam bentuk skala.
2)      Skala bertingkat (rating scale)
Skala menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap sesuatu hasil pertimbangan.
3)      Wawancara (Interview)
Wawancara adalah suatu tehnik penilain yang dilakukan dengan jalan percakapan (dialog) baik secara langsung (face to pace relition) secara langsung apabila wawancara itu dilakukan kepada orang lain misalnya kepada orang tuannya atau kepada temanya. Keberhasilan wawancara sebagai alat penilaian sangat dipengaruhi oleh beberapa hal :
ü  Hubungan baik pewawancara dengan anak yang diwawancarai. Dalam hal ini hendaknya pewawancara dapat menyesuikan diri dengan orang yang diwawancarai
ü  Keterampilan pewawancara
Keterampilan pewawancara sangat besar pengaruhnya terhadap hasil wawancara yang dilakukan, karena guru perlu melatih diri agar meiliki keterampilan dalam melaksanakan wawancara.
ü  Pedoman wawancara
Keberhasilan wawancara juga sangat dipengaruhi oleh pedoman yang dibuat oleh guru sebelum guru melaksanakan wawancara harus membuat pedoman-pedoman secara terperinci, tentang pertanyaan yang akan diajukan.
a.       Keuntungan dan kelemahan wawancara
Keuntungan wawancara yaitu :
1.      Wawancara dapat memberikan keterangan keadan pribadi hal ini tergantung pada hubungan baik antara pewawancara dengan objek
2.      Wawancara dapat dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksaannya
3.      Wawancara dapat dilaksanakan serempak dengan observasi
4.      Data tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan dengan observasi dan angket.
5.      Wawancara dapat menimbulkan hubungan yang baik antara si pewawancara dengan objek.
Sedangkan Kelemahan wawancara sebagai alat penilain
1.      Keberhasilan wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang diwawancarai
2.      Kelancaran wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksaan wawancara
3.      Wawancara menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara
4.      Adanya pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara 
b.      Ada dua jenis wawancara yang dapat pergunakan sebagai alat evaluasi, yaitu:
1.      Wawancara terpimpin (Guided Interview) yang juga sering dikenal dengan istilah wawancara berstruktur (Structured Interview) atau wawancara sistematis (Systematic Interview).
2.      Wawancara tidak terpimpin (Un-Guided Interview) yang sering dikenal dengan istilah wawancata sederhana (Simple Interview) atau wawancara tidak sistematis (Non-Systematic Interview), atau wawancara bebas.
c.       Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam guru sebagai pewawancara yaitu :
1.      Guru yang akan mengadakan wawancara harus mempunyai back ground tentang apa yang akan ditanyakan
2.      b.Guru harus menjalankan wawancara dengan baik tentang maksud wawancara tersebut
3.      Harus menjaga hubungan yang baik
4.      d.Guru harus mempunyai sifat yang dapat dipercaya
5.      Pertanyaan hendaknya dilakukan dengan hati-hati, teliti dan kalimatnya jelas
6.      Hindarkan hal-hal yang dapat mengganggu jalannya wawancara
7.      Guru harus mengunakan bahasa sesuai kemampuan siswa yang menjadi sumber data
8.      Hindari kevakuman pembicaraan yang terlalu lama
9.      Guru harus mengobrol dalam wawancara
10.  Batasi waktu wawancara
11.  Hindari penonjolan aku dari guru 

4)      Angket (Questionave)
Pada dasarnya angket adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden)
Pada umumnya tujuan penggunaan anngket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka.
Angket sebagai alat penilaian nontes dapat dilaksanakan secara langsung maupun secara tidak langsung. Dilaksanakan secara langsung apabila angket itu diberikan kepada anak yang dinilai atau dimintai keterangan sedangkan dilaksanakan secara tidak langsung apabila nagket itu diberikan kepada orang untuk dimintai keterangan tentang keadaan orang lain. Misalnya diberikan kepada orangtuanya, atau diberikan kepada temannya.
a.       Ditinjau dari strukturnya, angket dapat dibagi menadi 2 macam, yaitu
1.      Angket berstuktur adalah angket yang bersifat tegas, jelas, dengan model pertanyan yang terbatas, singkat dan membutuhkan jawaban tegas dan terbatas pula.
2.      Sedangkan angket tidak berstruktur adalah angket yang membutuhkan jawaban uraian panjang, dari anak, dan bebas. Yang biasanya anak dituntut untuk memberi penjelasan-penjelasan, alasan-alasan terbuka.
b.      Angket sebagai alat penilaian terhadap sikap tingkah laku, bakat, kemampuan, minat anak, mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan.
Kelebihan angket antara lain:
1.      Dengan angket kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak yang banyak yang hanya membutuhkan waktu yang sigkat.
2.      Setiap anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3.      Dengan angket anak pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan
Sedangkan kelemahan angket, antara lain:
1.      Pertanyaan yang diberikan melalui angket adalah terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang kurang jelas maka sulit untuk diterangkan kembali
2.      Kadang-kadang pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab tetapi tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. Karena anak merasa bebas menjawab dan tidak diawasi secara mendetail.
3.      Ada kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua, sebab banyak anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima, sehingga tidak memberikan kembali angketnya.


4). Pemeriksaan Dokumen (Ducumentary Analisis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (tehnik nontes) juga dapat dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemerikasaan terhadap dokumen-dokumen; misalnya dokumen yang memuat infomasi mengenai riwayat hidup (auto biography).
Riwayat hidup adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup, maka subjek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian kebiasaan atau sikap dari obyek yang dinilai.
Berbagai informasi, baik mengenai peserta didik, orangtua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkap bagi pendidik dalam melakukan evaluasi hasil belajar terhadap peserta didik.

5)      Sosiometri
Sosiometri adalah suatu penilaian untuk menentukan pola pertalian dan kedudukan seseorang dalam suatu kelompok. Sehnggga sosiometri merupakan alat yag tepat untuk menilai hubungan sosial dan tingkah laku sosial dari murid-murid dalam suatu kelas, yang meliputi stuktur hubungan individu, susunan antar individu dan arah ubungan sosial. Sehingga dengan demikian seorang guru dapat mengetahui bagaimana keadaan hubungan social dari tiap-tiap anak dalam suatu kelompok atau kelas.
Langkah yang ditempuh guru dalam sosiometri ada 3 yaitu :
a)      Langkah pemilihan teman
Disini guru menyuruh semua murid untuk memilih teman-temannya yang disenangi secara berurutan sebanyak satu atau dua anak. Dalam memilih anak perlu disebutkan alasan mengapa harus memilih teman itu.
Contoh:
Nama   : Tono
Kelas   : IIIA
Teman yang saya pilih:
1. Candra         Karena aktif belajar dan pandai
2. Sumarsono   Karena tegas dalam berbicara
3. Nunung        Karena penurut
b)      Langkah pertabelan
Guru membuat tabel dalam materi tes sosiomentri dari data yang telah diperoleh dalam langkah pemilihan teman.


Misalnya setiap anak memiliki 2 dari 6 orang
Dipilih
Pemilih

Andi
Ani
Ana
Susi
Sandi
Anto

Andi



1

1



Ani


1

1
Ana



2

2
1
Susi


2




1
Sandi




2


2
Anto






2
Pilihan I
2
2
1
1
-
-
Pilihan II
-
-
2
1
2
1
Jumlah
2
2
3
2
2
1

c)      Langkah Pembuatan Gambar (Sosiogram)
Dari data yang telah kita buat dalam metrik sosiometri, dapat pula kita buat sebuah peta atau sosiogram. Dalam pembuatan sosiogram usahakan anak yang paling banyak dipilih diletakan ditengah-tengah, agar dapat mudah diketahui siapa yang paling banyak dipilih.
Dengan melihat hasil sosiometri kita dapat mengetahui bagaimana kedudukan dan relasi sosial dari masing-masing anak dalam kelompok. Sehingga hasil dari sosiogram ini dapat dibuat pertimbangan untuk menilai sikap sosial anak dan kepribadiannya dalam kelompok.
Sosiometri sebagai alat penilaian nontes sangat berguna bagi guru dalam beberapa hal, antara lain:
1.      Untuk pembentukan kelompok dalam menentukan kelompok kerja (pembagian tugas)
2.      Untuk pengarahan dinamika kelompok
3.      Untuk memperbaiki hubungan individu dalam kelompok dan memberi bimbingan kepada setiap anak.
Dari uraian tersebut diatas dapatlah dipahami, bahwa dalam rangka hasil evaluasi hasil belajar peserta didik, evaluasi tidak harus semata-mata dilakukan denan mengunakan alat berupa tes-tes hasil belajar. Teknik-teknik nontes juga menempati kedudukan yang penting dalam rangka evaluasi hasil belajar, lebih-lebih evaluasi yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan peserta didik, seperti persepsinya terhadap guru, minatnya, bakatnya, tingkah laku atau sikapnya, dan sebagainya, yang kesemuannya itu tidak mungkin dievaluasi dengan mengunakan tes sebagai alat pengukurnya.
2.      Teknik Tes
Tes merupakan alat ukur yang standar dan obyektif sehingga dapat digunakan secara meluas untuk mengukur dan membandingkan keadaan psikis atau tingkah laku individu. Dapat dipastikan akan mampu memberikan informasi yang tepat dan obyektif tentang obyek yang hendak diukur baik berupa psikis maupun tingkah lakunya , sekaligus dapat membandingkan antara seseorang dengan orang lain.
Menurut pendapat saya setuju bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut.
Sebagai alat evaluasi hasil belajar, tes minimal mempunyai dua fungsi, yaitu:
a.       Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.
b.      Untuk menentukan kedudukan atau seperangkat siswa dalam kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran.
Tes menurut tujuannya: Tes kecepatan ( Power Test), tes kemampuan ( power test ), tes hasil belajar ( achievment test ), tes diagnostoik ( diagnostik test), tes kemauan belajar ( gains/ achievement), tes formatif, tes sumatif.
Dengan mempertimbangkan kriteria- kriteria dapat dihasilkan alat tes (soal-soal) yang berkualitas  memenuhi syarat- syarat diantaranya:
·         Shahih ( valid) yaitu mengukur yang harus diukur, sesuai dengan tujuan.
·         Relevan yaitu diuji sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
·         Spesifik, soal hanya dapat dijawab oleh peserta didik.
·         Representif, soal mewakili materi ajar secara keseluruhan.
1)      Tertulis (written test)
Tes adalah suatu alat atau prosedur yang sistematis dan objektif untuk memperoleh data-data atau keterangan-keterangan yang diinginkan tentang seseorang, dengan cara yang boleh dikatakan cepat dan tepat (Indrakusuma, 1993:21). Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa, didalamnya terdapat pengertian-pengertian:
a.       Tes itu adalah hanya merupakan alat dan bukan merupakan tujuan. Sedangkan tujuannya adalah terletak pada apakah maksud kita memberikan tes itu.
b.      Alat itu telah disusun secara sistematis dan objektif, menurut syarat-syarat tertentu. Meskipun dalam kenyataannya tidak ada tes yang seratus persen sistematis dan objektif. Sebab tes itu juga buatan manusia.
c.       Dengan adanya tes yang telah disusun secara sistematis dan objektif itu, maka hasil yang diperoleh dari tes atau alat itu boleh dikatakan akan tepat. Artinya benar-benar akan memberikan gambaran yang sesuai dengan keadaannya.
d.      Bahwa dengan dipergunakannya tes sebagai alat untuk memperoleh data-data itu, dapat dilaksanakan secara tepat tidak memakan waktu yang lama. Untuk memperoleh suatu data tidak perlu berhari-hari, bahkan cukup beberapa jam saja.
e.       Sedang keterangan-keterangan apa yang diinginkan, ini bergantung pada maksud serta alat yang kita berikan. Misalnya, jika kita menginginkan keterangan tentang kecakapan anak dalam hal berhiting maka kita pergunakan tes berhitung, bukan tes  bahasa, dan sebagainya.
Ø  Bentuk Tes Tulis :
1.   Tes Subyektif
Tes subyektif ada dua jenis yaitu :
·         Tes uraian bentuk bebas atau terbuka
·         Tes uraian bentuk terbatas
Kelebihan tes Subyektif :
-          Pembuatannya mudah dan cepat
-          Dapat dicegah timbulnya spikulasi dikalangan siswa
-          Dapat mengetahui seberapa jauh tingkat kedalaman dan penguasaan siswa
-          Siswa terdorong berani mengungkapkan pendapatnya
Kekurangan :
-          Kurang representatif/ mewakili materi karena soal terbatas
-          Cara mengoreksinya cukup sulit/ menyita banyak waktu
-          Dalam penilaiannya tester dapat bersifat subyektif
-          Koreksinya tidak dapat diwakilkan orang lain
-          Validitas (daya ketepatan mengukur ) dan reliabilitas (daya keajegan mengukurr ) pada umumnya rendah
2.   Tes Obyektif
Tes obyektif ada lima macam yaitu :
·         Bentuk benar salah
Soal-soalnya berupa pernyataan-pernyataan (statement).  Statement tersebut ada yang benar dan ada yang  salah. Orang yang ditanya bertugas untuk menandaimasing-masing pernyataan itu dengan melingkari huruf B jika pernyataan itu betul menurut  pendapatnya dan melingkari huruf S jika pernyataannya salah.
·         Bentuk menjodohkan
Matching test dapat kita ganti dengan istilah  mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau  menjodohkan.  Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan satu seri jawaban. Tugas murid ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaannya.
·         Bentuk isian
Completion test biasa kita sebut dengan istilah tes isian, tes menyempurnakan, atau tes melengkapi. Completion test terdiri atas kalimat-kalimat yang ada bagian-bagiannya yang dihilangkan. Bagian yang dihilangkan atau yang harus diisi oleh murid ini adalah merupakan pengertian yang kita minta dari murid.
·         Bentuk pilihan ganda
Multiple choice test terdiri atas suatu keterangan atau pemberitahuan tentang suatu pengertian yang belum lengkap. Dan untuk melengkapinya harus memilih satu dari beberapa kemungkinan jawaban yang telah disediakan. Atau Multiple choice test terdiri atas bagian keterangan (stem) dan bagian kemungkinan jawaban atau alternatif (option). Kemungkinan jawaban (option) terdiri atas satu jawaban benar yaitu kunci jawaban dan beberapa pengecoh.
Beberapa jenis bentuk pilihan ganda :
·         Melengkapi lima pilihan
·         Asosiai dengan lima atau empat pilihan
·         Melengkapi berganda
·         Analisis hubungan antar hal
·         Analisis kasus
·         Hal kecuali     
·         Hubungan dinamik
·         Pemakaian diagram, grafik, peta atau gambar
Kelebihan :
-          Lebih representatif
-          Dalam menilai tester lebih objektif
-          Mengoreksinya mudah
-          Mengoreksinya dapat minta bantuan orang lain
-          Butir-butir soalnya mudah dianalisis, dari segi derajat kesukaran, daya pembeda, validitas dan relibialitasnya
Kelemahan :
-          Menyusunnya sulit
-          Kurang dapat mengukur atau mengungkap proses berpikir yang tinggi atau mendalam
-          Terbuka kemungkinan bagi siswa bermain spekulasi
-          Siswa dapat mudah kerjasama sebab jawabannya mudah meniru (A,B,C,D,E)


2)      Lisan (oral test)
Tes lisan adalah tes yang pelaksanaannya dilakukan dengan mengadakan tanya jawab secara langsung antara pendidik dan peserta didik.  Thoha (2003:61) menjelaskan bahwa tes ini termasuk kelompok tes verbal, yaitu tes soal dan jawabannya menggunakan bahasa lisan. Dari segi persiapan dan cara bertanya, tes lisan dapat dibedakan  menjadi dua yakni:
1.      Tes lisan bebas
Yaitu pendidik dalam memberikan soal kepada peserta didik tanpa menggunakan pedoman yang dipersiapkan secara tertulis
2.      Tes lisan berpedoman
Pendidik menggunakan pedoman tertulis tentang apa yang akan ditanyakan kepada peserta didik.
Kelebihannya :
-          Dapat menilai kemampuan dan tingkat pengetahuan yang dimiliki peserta didik, sikap, serta kepribadiannya karena dilakukan secara berhadapan langsung
-          Bagi peserta didik yang kemampuan berpikirnya relatif lambat sehingga sering mengalami kesukaran dalam memahami pernyataan soal, tes bentuk ini dapat menolong sebab peserta didik dapat menanyakan langsung kejelasan pertanyaan yang dimaksud.
-          Hasil tes dapat langsung diketahui peserta didik.
Kelemahannya :
-          Subjektivitas pendidik sering mencemari hasil tes,
-          Waktu pelaksanaan yang diperlukan relatif cukup lama
3)      Perbuatan (performance test)
Tes perbuatan yakni tes yang penugasannya disampaikan dalam bentuk lisan atau tertulis dan pelaksanaan tugasnya dinyatakan dengan perbuatan atau penampilan. Penilaian tes perbuatan dilakukan sejak peserta didik melakukan persiapan, melaksanakan tugas, sampai dengan hasil akhir yang dicapainya. Untuk menilai tes perbuatan pada umumnya diperlukan sebuah format pengamatan, yang bentuknya dibuat sedemikian rupa sehingga tutor dapat menuliskan angka-angka yang diperolehnya pada tempat yang sudah disediakan. Bentuk formatnya dapat disesuaikan menurut keperluan. Untuk tes perbuatan yang sifatnya individual, sebaiknya menggunakan format pengamatan individual. Dalam pembelajaran matematika, tes perbuatan bisa berupa memperagakan apakah suatu bangun datar merupakan jaring-jaring kubus atau bukan, menggambarkan suatu bangun ruang dan menunjukkan semua bidang diagonal serta diagonal bidang, membuat lukisan dengan menggunakan jangka, mistar, dan busur derajat, dsb.




























BAB III
KESIMPULAN

Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dibutuhkan sistem evaluasi yang tepat, karena peserta didik memiliki berbagai kemampuan yang berbeda-beda maka sistem evaluasi yang digunakan harus terintegrasi dan mampu mengukur semua kemampuan yang ada pada peserta didik.
Evaluasi pendidikan tidak hanya digunakan untuk mengukur ranah kognitif peserta didik saja. Adapun ranah yang diukur dengan menggunakan nontes ini adalah kognitif, psikomotorik, perseptual, komunikasi nondiskursip, dan ranah afektif.

Adapun jenis alat evaluasi yang digunakan, terbagi menjadi 2 teknik, yaitu :
1.      Tes merupakan sejumlah pertanyaan yang memiliki jawaban yang benar atau salah. Tes diartikan juga sebagai sejumlah pertanyaan yang membutuhkan jawaban, atau sejumlah pertanyaan yang harus diberikan tanggapan dengan tujuan mengukur tingkat kemampuan seseorang atau mengungkap aspek tertentu dari orang yang dikenai tes (testee).
2.       Nontes dapat digunakan untuk mengukur semua ranah yang dimiliki oleh masing-masing individu yang tentunya berbeda. Teknik nontes sangat penting dalam mengevaluasi siswa pada ranah afektif dan psikomotor, berbeda dengan teknik tes yang lebih menekankan asfek kognitif. Ada beberapa macam teknik nontes, yaitu: pengamatan (observation), wawancara (interview), kuisioner/angket (questionanaire), dan analisis dokumen yang bersifat unobtrusiv.
Penggolongan tehnik nontes
1.      Observasi (pengamatan)
Observasi dapat dibedakan menjadi 3 macam:
A.     Observasi Partisipatif dan nonpartisipatif
B.     Observasi sistematis dan Nonsistematis
C.     Observasi eksperimental
2.      Wawancara (interview)
Ada 2 jenis wawancara yang dapat dipergunakan sebagai alat evaluasi. Yaitu:
A.     Wawancara terpimpin
B.     Wawancara tidak terpimpin
3.      Angket (Questionave)
Ditinjau daru stukturnya angket dapat dibagi menjadi 2 macam:
A.     Angket berstuktur
B.     Angket tidak berstruktur
4.      Pemeriksaan Dokumen (Dukomentary Analisis)
5.      Sosiometri





















DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Penerbit bina Aksara. Jakarta. 1988.
Nisa, Risqi. 2011. Alat Evaluasi Pembelajaran. Tersedia http://risqinisa.wordpress.com/2011/01/05/alat-evaluasi-pembelajaran/ diakses tanggal 7 maret 2014.
Perkuliahan. 2012. Makalah Alat Evaluasi Pendidikan. Tersedia http://www.perkuliahan.com/makalah-alat-evaluasi-pendidikan/ . diakses  tanggal 6 maret 2014.
Scribd .2013. Alat Evaluasi Pendidikan Non Tes. Tersedia http://www.scribd.com/doc/16650725/Alat-Evaluasi-Pendidikan-Nontes . diakses tanggal 7 maret 2014.
Scribd. 2013. Alat Alat Evaluasi. Tersedia http://www.scribd.com/doc/52627746/ALAT-ALAT-EVALUASI. Diakses tanggal 8 maret 2014.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar